Page 10 of 12
Pemberantasan Buta Aksara
Program ini sangat strategis bila dikaitkan dengan pemasyarakatan budaya membaca. Program ini merupakan prioritas utama PNF (PLS), karena buta aksara erat kaitannya dengan kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan, ketidakberdayaan. Di samping itu buta aksara merupakan salah satu indikator dalam penentuan tinggi rendahnya Indek Pembangunan Manusia (IPM) serta penghambat suksesnya Wajar 9 tahun karena berdasarkan berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila orang tua anak menyandang buta aksara, maka anaknya cenderung tidak sekolah dan kalaupun sekolah potensi untuk mengulang kelas dan putus sekolah pada kelas-kelas awal SD besar kemungkinan terjadi. Masih banyaknya penduduk buta aksara, disebabkan karena: (1) terus terjadinya siswa Sekolah Dasar pada kelas 1,2, dan 3 rata-rata 200.000 – 300.000 per tahun yang disinyalir berpotensi menjadi buta aksara baru; (2) anak-anak yang tidak sekolah sejak awal karena masalah geografis dan ekonomi; (3) terjadinya buta aksara karena kurangnya intensifikasi terhadap pemeliharaan dan pemanfaatan keaksaraan mereka. Dengan melihat permasalahan di atas, sejak tahun 2003 sasaran pemberantasan diprioritas usia 15-44 tahun, dengan harapan akan mampu membendung masukan buta aksara baru. Untuk menjamin agar warga belajar yang dikenai sasaran tidak putus belajar dan atau terjadi kelangsungan program pembelajaran dengan hasil yang bermutu, maka mulai pada tahun 2003 juga diadakan reposisi dalam penyelenggaraan program pemberantasan buta aksara. Reposisi tersebut terdiri dari: (1) Fleksibilitas dalam pembentukan kelompok belajar, maksimal tiap kelompok diikuti 10 orang dengan dibantu oleh seorang tutor yang mengajarkan baca, tulis dan hitung serta pengetahuan dasar. Seorang tutor lagi memfasilitasi dalam pembelajaran keterampilan, (2) satuan biaya ditingkatkan seperti biaya penyelenggaraan, honorarium tutor dan dana belajar keterampilan. Dalam proses pembelajaranpun digunakan metode keaksaraan fungsional (KF), proses pembelajaran dari disesuaikan dengan latar belakang kehidupan dan kebutuhannya.
4. Pendidikan Kesetaraan
a. Paket A setara SD dan Paket B setara SLTP
1) Program ini diprioritaskan pada anak usia 7-15 tahun atau lebih tua 2-3 tahun yang tidak sekolah, putus SD, lulus SD tidak melanjutkan ke SLTP dan putus SLTP dalam rangka menunjang Wajar Dikdas 9 tahun. Kenyataan menunjukkan bahwa Angka Partisipasi Murni SD (94,5%) dan SLTP (55,7%) sehingga melalui Paket A dan Paket B akan memberikan kontribusi terhadap suksesnya Wajar 9 tahun.
2) Untuk menjamin mutu hasil program, diupayakan pemenuhan kebutuhan dalam penyelenggaraan program belajar mengajar, seperti: (1) honorarium tutor ditingkatkan; (2) rasio bahan belajar atau modul untuk tiap warga belajar, satu orang satu set, (3) dalam penyelenggaraan program belajar diberikan pula latihan keterampilan sesuai dengan pilihan warga belajar, diutamakan untuk kelas terakhir (Paket A kelas V dan Paket B kelas 2), (4) uji kualitas diselenggarakan melalui ujian akhir nasional (Pehabtanas) dua kali dalam satu tahun yaitu pada bulan Mei dan Oktober, (5) Kelompok belajar yang semula rata-rata jumlah warga belajar 30-40 orang tiap kelompok, dikurangi menjadi rata-rata 20 orang tiap kelompok (2003). Dengan berbagai penyesuaian di atas, diharapkan tercapainya standar mutu lulusan Paket A dan Paket B, sehingga apabila ada yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi tidak akan mengalami kesulitan
b. Paket C
Program ini baru merupakan ujicoba akibat banyaknya animo masyarakat yang ingin memiliki pendidikan setara SMU. Pemerintah telah menyediakan dukungan antara lain berupa; (1) peningkatan mutu tenaga pengajar (tutor) melalui kegiatan pelatihan, (2) penyediaan modul, (3) pemberian subsidi biaya Unjian Nasional bagi warga belajar yang benar-benar berasal dari keluarga miskin.
5. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Masa dini usia merupakan periode kritis dalam perkembangan anak. Berdasarkan kajian neurology, pada saat bayi dilahirkan otaknya mengandung sekitar 100 milyar neuron yang siap melakukan sambungan antar sel. Selama tahun-tahun pertama, otak bayi berkembang sangat pesat dengan menghasilkan bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron yang banyaknya melebihi kebutuhan. Sambungan ini harus diperkuat melalui berbagai rangsangan psikososial, karena sambungan yang tidak diperkuat akan mengalami penyusutan dan akhirnya tidak berfungsi. Inilah yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak. Dalam kajian lain diungkapkan bahwa perkembangan kecerdasan anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50% kapasitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berusia 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berusia 8 tahun, dan mencapai 100% ketika anak berusia 18 tahun. Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun waktu 14 tahun berikutnya, dan selanjutnya perkembangan anak akan mengalami stagnasi.
Kualitas anak dini usia di samping dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature) juga sangat dipengaruhi oleh faktor kesehatan, gizi, dan psiko-sosial yang diperoleh dari lingkungannya. Oleh karena itu kita harus mengupayakan semaksimal mungkin agar kekurangan yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dapat diperbaiki. Dan yang lebih penting lagi adalah agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan intelektual, sosial dan emosional sesuai dengan tingkat usianya. Apabila program PAUD ini diperluas dalam arti semua anak usia dini memperoleh pelayanan tumbuh kembang dan pendidikan yang bermutu (kesehatan, gizi, dan psikososial) maka akan sangat mendukung suksesnya Wajar Dikdas 9 tahun, karena adanya kesiapan anak masuk sekolah akan menekan terjadinya mengulang kelas dan anak putus sekolah pada kelas-kelas awal Sekolah Dasar. Karenanya, program ini akan diperluas dan ditingkatkan mutu pelayannya melalui dukungan terhadap penyelenggara program penitipan anak, kelompok bermain dan satuan pendidikan anak usia dini yang sejenis. Di samping itu kegiatan penguatan program dilakukan melalui pengembangan model, konsolidasi data sasaran program, sosialisasi program, imbal swadaya penyelenggaraan program PAUD, bagi lembaga yang menjangkau keluarga miskin, penguatan kelembagaan melalui pemberian dana bantuan kelembagaan, pengadaan bahan belajar, pelatihan ketenagaan, pemberian bantuan teknis, serta pemantauan dan pengendalian program. Sesuai dengan dinamika masyarakat, dan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam penanganan program PAUD di lapangan dengan sektor terkait, maka penanganan program PAUD melalui jalur pendidikan non formal difokuskan pada aspek pendidikannya, khususnya pada satuan PAUD non TK/RA dan pada pusat-pusat pelayanan anak usia 0-6 tahun lainnya seperti Posyandu dan Bina Keluarga Balita. Sedangkan aspek gizi, kesehatan dan kesejahteraan sosialnya diharapkan difasilitasi oleh sektor yang berkaitan.
Start your paper accomplishing and do...
ketika walikota malas baca, malas men...
minat baca rendah, jumlah penulis sed...
College students should think two tim...
There are many students who are worri...
LIPI
jurnal LIPI
Itu adalah tulisan Anda, Bapah HS Dil...
Tulisan/opini siapa ini?
Amat sangat menarik artikel tersebut ...