Page 4 of 5
Membangun Kompetensi
Apabila kita ingin memperbaiki kinerja kita sebagai salah satu agen perubah yang layak turut serta dalam memberikan solusi problematika bangsa, seperti yang saya tulis di atas, maka satu-satunya cara yang harus kita tempuh adalah membangun kompetensi atau kapasitas internal kita secara berkesinambungan. Sebab, kompetensi kitalah yang sesungguhnya membentuk kinerja kita.
Kopetensi adalah total dari kemampuan dan daya dukung yang secara riil kita miliki. Dengan itu kita dapat merealisasikan kehendak-kehendak atau ideal-ideal kita. Dalam kehidupan sehari-hari, orang-orang tidak menilai kita berdasarkan apa yang kita inginkan atau berdasarkan ideal-ideal kita. Mereka menilai kita berdasarkan apa yang dapat kita lakukan atau berdasarkan kemampuan bertindak (daya tindak) kita. Dengan kata lain, mereka tidak akan pernah menanyakan visi-misi kita. Tapi, mereka akan menanyakan seberapa mampu kita merealisasikan apa yang kita inginkan.
Itulah logika masyarakat. Dan itu pulalah elemen utama yang membentuk kepercayaan orang kepada kita. Sekarang muncul sebuah pertanyaan: kapasitas apakah yang harus kita miliki untuk membangun citra pustakwan yang baik ? Jawaban pertanyaan ini sebenarnya kembali kepada persoalan visi, misi, dan fungsi pustakawan. Jadi, kita harus menjawab pertanyaan lain terlebih dahulu: citra pustakawan yang seperti apakah yang ingin kita tampilkan ? Jika pertanyaan itu dapat kita jawab secara definitif, maka kita dapat melangkah kepada pertanyaan selanjutnya: untuk mewujudkan pustakawan seperti itu, kemampuan apa sajakah yang harus kita miliki ? Pertanyaan pertama menjelaskan ideal-ideal kita, tapi pertanyaan kedua menjelaskan kemampuan riil yang harus kita miliki.
Walaupun begitu, secara umum kita dapat mengatakan yang diperlukan untuk membangun citra adalah kompetensi kepakaran kita yang dibentuk oleh dua hal yaitu hard skill dan soft skill. Yang pertama lebih bersifat scientific achievement, sedangkan yang kedua bersifat psychological achievement. Yang pertama bekenaan dengan pengausaan teknis dan detail bidang kepustakawanan dan keperpustakaan, yang kedua berkaitan dengan kemampuan berpikir strategis sebagai perumus kebijakan, wawasan masa depan (forward looking), dan kemampuan perencanaan strategis, kemampuan manajerial, kemampuan komunikasi publik, dan lainnya.
Bersamaan dengan berkembangnya kompetensi melalui pengembangan kapasitas internal secara berkesinambungan, maka kinerja kita akan meningkat. Dengan cara itu pula kita merebut kepercayaan publik bahwa kita memang memiliki kelayakan untuk dihormati dan dihargai publik. Masyarakat punya alasan yang layak untuk “berharap banyak” pada kita. Tapi, pembahasan tentang kompetensi ini tentu saja tidak menafikan sesuatu yang sudah niscaya, yaitu integritas kepribadian yang berbasis pada kekuatan moralitas.
Dengan demikian, sudah saatnya kita mengurangi pembahasan dalam bentuk wacana untuk kemudian mengalihkan energi kita lebih banyak pada pengembangan kompetensi atau kapasitas internal kita. Sebab, itulah tampaknya yang menjadi persoalan kita, yaitu jarak antara kita, sebagai pustakawan hari ini, dengan model pustakawan ideal yang kita inginkan masih jauh, relatif jauh, bahkan sangat jauh. Jadi, kita perlu memberikan lebih banyak perhatian kepada persoalan inti kita dalam pengembangan kapasitas internal.
Start your paper accomplishing and do...
ketika walikota malas baca, malas men...
minat baca rendah, jumlah penulis sed...
College students should think two tim...
There are many students who are worri...
LIPI
jurnal LIPI
Itu adalah tulisan Anda, Bapah HS Dil...
Tulisan/opini siapa ini?
Amat sangat menarik artikel tersebut ...