Page 5 of 5
Untuk itu semua mengharuskan kita untuk melakukan beberapa hal, Pertama, memperluas wawasan makro kita tentang persoalan bangsa. Itu dapat kita lakukan dengan memperluas pengetahuan teoritis kita dalam bidang pendidikan, humaniora, sosial, dan perbukuan. Tapi, pengetahuan teoritis itu harus disempurnakan dengan informasi yang luas dalam bidang-bidang tersebut. Baik melalui sumber sekunder seperti media massa, maupun sumber primer, yaitu para pelaku langsung. Ini mengharuskan kita punya jaringan komunikasi dan informasi yang luas, mengharuskan kita membaca lebih banyak, dan bergaul lebih luas.
Kedua, meningkatkan frekuensi keterlibatan kita dalam dunia pendidikan, literasi, dan sosial. Pustakawan harus terlibat dalam agenda-agenda besar nasional, mulai dar wacana sampai tataran aksi. Contoh tentang kemiskinan, pendidikan, buta aksara, minat baca, dan lain-lain. Keterlibatan itu dapat kita lakukan di tingkat wacana publik, asistensi kepada pemerintah untuk pengambilan keputusan atau perumusan kebijakan publik, maupun terlibat sebagai pelaku langsung.
Ketiga, meningkatkan kemampuan kita mempengaruhi orang lain. Dunia sekarang ini adalah dunia jaringan, dunia kerjasama, dunia aliansi dan koalisi. Janganlah pernah membayangkan bahwa kita akan berkembang dan bertahan sendirian. Kita hanya akan menjadi bagian dari sebuah jaringan global. Jadi, apa yang harus kita lakukan adalah mengembangkan kemampuan kita mempengaruhi orang lain, memperkuat jaringan lobi ke berbagai kalangan dan membangun akses yang kuat ke para pengambil keputusan dan penentu kebijakan.
Keempat, memperbanyak figur publik kita. Jangan hanya para pustakawan an sich yang dikenal masyarakat. Para pustakawan dalam bidang ekonomi, politik, militer, dan teknologi kita juga harus dimunculkan. Artinya, harus ada spesialisasi di kalangan pustakawan. Pustakawan yang punya kemampuan intelektual lebih besar dapat diplot menjadi generalis yang dapat terlibat secara ilmiah dalam banyak bidang pengetahuan. Tapi, sebagian besar kita harus punya satu spesialisasi yang dengan itu ia kemudian dikenal masyarakat.
Tentu saja keempat usaha di atas kita tempuh setelah kita ”selesai’ dengan bidang kita sendiri yaitu perpustakaan dan kepustakawanan. Hanya dengan cara seperti inilah citra pustakawan akan cemerlang dalam peradaban manusia, membumbung tinggi menududuki singgasana profesi yang sejajar dengan dokter, advokat, dan lain-lain. Sehingga kita akan menyaksikan sebuah zaman dimana orang saling berebut untuk menjadi pustakawan. Dan kita tidak akan lagi menyaksikan uraian air mata yang membasahi lembaran buram sejarah pustakawan.
Referensi
Dahlan, Muhidin M. ”Andai Perpustakaan Buka Sampai Pukul 12 Malam” dalam Radar Bandung, 23 April 2006
http://en.wikipedia.org/wiki/Self_image
http://www.more-selfesteem.com/selfimage.htm
Matta, Anis. Menikmati Demokrasi. Jakarta: Pustaka Saksi, 2002.
Sharif, Mohd. Information Literacy in Malaysia: Development and challenges. IPI Seminar Paper 14 November 2006, Bali.
Start your paper accomplishing and do...
ketika walikota malas baca, malas men...
minat baca rendah, jumlah penulis sed...
College students should think two tim...
There are many students who are worri...
LIPI
jurnal LIPI
Itu adalah tulisan Anda, Bapah HS Dil...
Tulisan/opini siapa ini?
Amat sangat menarik artikel tersebut ...