Page 2 of 5
Apa Yang Harus Dilakukan
Secara sederhana citra diri dapat diartikan sebagai gambaran kita terhadap diri sendiri atau pikiran kita tentang pandangan orang lain terhadap diri kita. Dengan pengertian tersebut maka akan mengajak kita untuk menjawab seluruh pertanyaan yang sangat fundamental: kita ingin dipahami oleh masyarakat sebagai apa ? Atau, citra apa yang kita inginkan bagi diri kita sendiri? Pertanyaan itu menjadi fundamental karena pada dasarnya kitalah yang bertanggung jawab atas citra diri kita. Kitalah yang bertanggung jawab atas kesalahpahaman orang lain terhadap kita.
Dengan kata lain, apa yang dipahami orang lain tentang kita sebenarnya dibentuk oleh akumulasi sikap, perilaku, dan cara kita mengekspresikan diri. Kemunculan kita ke publik, dalam bentuk apapun, melalui suatu proses waktu. Secara perlahan-lahan akan membentuk “kesan atau imej” tertentu dalam benak publik. Apa yang mereka lihat, apa yang mereka dengar tentang kita, itulah yang menjadi faktor pembentuk citra kita di benak mereka. Jadi, citra adalah kesan imajinatif yang terbentuk dalam benak publik dalam rentang waktu tertentu dan terbentuk oleh keseluruhan informasi tentang diri kita yang sampai ke publik. (Matta, 2002: 177)
Persoalan kita adalah bagaimana melakukan usaha-usaha yang sistematis untuk membentuk citra diri yang kita inginkan. Dan yang perlu ditekankan di sini adalah pustakawan harus dicitrakan sebagai sebuah profesi yang memiliki kelayakan untuk sejajar dengan profesional lain. Malah citra itu perlu kita bangun untuk merebut kepercayaan masyarakat bahwa pustakawan juga adalah agen perubahan yang paling berhak untuk memegang amanat kekuasaan.
Itu berarti semua elemen yang ada pada institusi kepustakawanan harus diekspos secara sistematis kepada publik. Sehingga, publik mendapatkan gambaran utuh tentang seluruh kapasitas internal yang kita miliki.
Misalnya, dalam pemunculan public figure kita. Kita harus memunculkan pustakwan yang “layak ekspos”untuk menjadi duta baca, jadi tidak mengandalkan pada popularitas artis. Publik harus mendapatkan informasi bahwa institusi kepustakawanan juga memiliki segudang tokoh dan pakar pengelolaan sumber informasi (pustakwan) dan pengelola informasi (spesialis informasi) dalam berbagai bidang. Pustakawan yang dimunculkan merupakan juga adalah orang-orang yang memiliki keahlian khusus. Sehingga, figur yang dimunculkan harus merata di semua bidang. Apakah itu pustakawan yang tokoh agama, pustakawan seni budaya, pustakawan sosial kemasyarakatan, pustakawan politik, ekonomi, keamanan, pendidikan, ilmu pengetahuan maupun bisnis. Baik dalam kapasitas sebagai praktisi maupun pengamat.
Start your paper accomplishing and do...
ketika walikota malas baca, malas men...
minat baca rendah, jumlah penulis sed...
College students should think two tim...
There are many students who are worri...
LIPI
jurnal LIPI
Itu adalah tulisan Anda, Bapah HS Dil...
Tulisan/opini siapa ini?
Amat sangat menarik artikel tersebut ...