REPUBLIKA, 20 OKTOBER 2010
PERPUSTAKAAN DESA, SYARAT MENDONGKRAK MINAT BACA WARGA
Baru Separuh desa di Jabar yangtelah memiliki perpustakaan.
Kecerdasan suatu bangsa tidak terlepas dari kualitas pendidikannya. Salah satu indikator kualitas program pendidikan bisa terlihat pada perpustakaan. Kenyataannya saat ini, pertumbuhan perpustakaan di Jabar belum tumbuh secara merata. Perpustakaan masih terpusat di kota-kota besar.
Banyak kalangan menilai, fasilitas buku terbaru hanya milik lapisan masyarakat tertentu. Sementara ma-syarakat desa tidak bisa mudah mengakses buku terbaru. Karena itulah, gerakan membaca menjadi lambat, khususnya di daerah perdesaan. Meski demikian, f aktanya bahwa minat baca di Provinsi Jabar mulai merangkak. Kenaikan indeks minat baca itu merupakan klaim dari Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Bapusipda) Provinsi Jabar. Perlu diakui, kebutuhan membaca selama ini sering terkendala masalah infrastruktur. Hanya tiga ribu desa dari 5.800 desa di Jabar yang memiliki f asilitas perpustakaan. Jumlah itu meningkat diban-ding tahun sebelumnya, yang hanya dua ribu desa.
Menurut Kepala Bapusipda Jabar, Dedi Junaedi, tidak meratanya per- pustakaan desa diakibatkan daya dukun infrastruktur jalan yang masih buruk. Kondisi ini menyulitkan akses pemerintah dalam membang-un perpustakaan.
" Kebanyakan daerah itu yang su-lit dijangkau itu di wilayah selatan Jabar," ungkapnya, belum lama ini. Meski demikian, pihaknya tidak akan berhenti mengampanyekan gerakan rnembaca. Salah satu program" yang dijalankan Bapupsida Jabar, yakni Roadshow Gerakan Membaca. Pekan lalu, program itu berlangsung di Kabupaten Karawang.
Pihaknya menargetkan, pada 2016 seluruh desa di Jabar memiliki perpustakaan. Nantinya, setiap desa akan mendapatkan bantuan 1.000 buku dengan 500 judul. Tema buku yang akan disalurkan itu akan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
Buku bertemakan keterampilan dipastikan akan mendorong keman-dirian masyarakat dalam berwira-usaha. Harapannya, agar masyarakat bisa langsung mengaplikasikan hasil bacaannya. Untuk mewujud-kan harapan ini, dibutuhkan siner-gitas seluruh stakeholder. Paling tidak, program pengembangan perpustakaan pemerintah pus.at dan daerah hams singkron.
Dedi menjelaskan, para pengelo-la perpustakaan desa nantinya akan dibekali bimbingan teknis. Karena buku yang diberikan itu bersifat hibah. " Jadi bila buku rusak atau hilang, pengelola tak akan kena masalah," ujarnya.
Kepala Kantor Perpustakaan Karawang, Dadang Jalaludin menam-bahkan, hingga kini baru 100 desa di Kabupaten Karawang yang memiliki fasilitas perpustakaan. Untuk menutupi kebutuhan perpustakaan, pemerintah mengakalinya dengan menyediakan perpustakaan keliling.
Perpustakaan keliling ini akan menjangkau hingga pelosok. Perpustakaan keliling ini berupa mobil dan motor. Mobil dan motor itu diberi nama Kendaraan Pintar. Setiap hari-nya, kendaraan ini mengangkut ratusan judul buku untuk berkeliling ke kampong-kampung.
Saat ini, menurut Dadang, Kabupaten Karawang telah menyandang status daerah bebas buta aksara. Karena itu, program gemar membaca di Karawang akan menjadi efektif. Selain Kendaraan Pintar dan perpustakaan desa, pihaknya pun akan mendirikan ruang membaca di ternpat umum. Misalnya di rumah sakit dan puskesmas.
Bila Karawang menyandang status bebas buta aksara, sementara Kabupaten Bogor terpilih sebagai pemilik perpustakaan terbaik tingkat Provinsi Jabar. Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah (KAPD) Kabupaten Bogor berhasil membentuk 125 perpustakaan.
Pustakawan KAPD Kabupaten Bogor, Andri Wijayanto menyebutkan, gedung perpustakaan Kabupaten Bogor memiliki dua lantai. Pada perpustakaan itu, terdapat sekitar 20 ribu buku dengan enam ribu judul.
Pada lantai satu perpustakaan itu, tersedia internet gratis. Sementara di lantai duanya, terdapat ruang b'aca utama, ruang referensi, audio visual, dan empat kamar mandi. "Siapa pun bebas mengunjungi perpustakaan ini secara gratis," ujar Andri. Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan menambahkan, program pengembangan perpustakaan dearah akan disinergikan dengan program Desa Peradaban. Tahun ini, terdapat 100 desa yang dijadikan percontohan Desa Peradaban. Desa-desa itu akan dikembangkan menjadi desa yang maju dan mandiri, khususnya di bidang pendidikan.
Heryawan mengatakan, setiap desa yang ditetapkan sebagai Desa Peradaban akan mendapat bantuan dana. Masing-masing desa akan mendapatkan Rp 1 miliar. Dana ini bersumber dari APBD Provinsi Jabar;
Guna mendongkrak minat baca warga, maka pada 100 desa itu akan disediakan perpsutakaan desa. Selain pemerintah, sejumlah LSM dan organisasi pun banyak yang ter-panggil untuk menyediakan ruang membaca.
Pada Oktober 2008, berdiri Aso-siasi Perpustakaan Desa dan Ke-lurahan (APDK) Provinsi Jabar. Me-reka antusias menggerakkan masya-rakat untuk mendirikan dan me-melihara perpustakaan di daerah-nya.
Begitu pun dengan kelompok mahasiswa yang terpanggil untuk mendukung gerakan membaca dengan mendirikan komunitas baca bernama Tepas Institute. Program unggulan Tepas Institute, yakni berupa pendirian rumah baca warga yang diberi nama Kampung Belajar. Hingga kini, Kampung Belajar sudah tumbuh di Bandung Barat, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Kuningan, hingga Pemalang
Jateng.
SANDY
Comments |
|
Start your paper accomplishing and do...
ketika walikota malas baca, malas men...
minat baca rendah, jumlah penulis sed...
College students should think two tim...
There are many students who are worri...
LIPI
jurnal LIPI
Itu adalah tulisan Anda, Bapah HS Dil...
Tulisan/opini siapa ini?
Amat sangat menarik artikel tersebut ...