Page 2 of 3
Hambatan
Upaya pemerintah yang dilakukan selama ini tentunya sudah cukup baik, meskipun pada kenyataannya belum dapat menuntaskan permasalahan buta aksara. Paling tidak ada dua hal yang menjadi kendala utama kurang berhasilnya upaya pemberantasan buta aksara ini. Pertama karena faktor teknis di mana kurang maksimalnya organ-organ pemerintah di lapangan, dan kedua adalah keinginan dari masyarakat buta huruf sendiri yang masih minim untuk terbebas dari kebutaan tersebut.
Keberlanjutan pembinaan para buta huruf ini selalu menimbulkan 'orang baru' buta aksara. Orang yang sebetulnya sudah terbebas dari buta aksara dan dapat melihat huruf akan kembali buta karena kurangnya pembinaan dan bahan bacaan.
Ini juga yang menjadi persoalan selama ini, sejak perang terhadap buta huruf dikumandangkan lebih dari enam dasawarsa lalu. Secara ekstrim boleh dikatakan bahwa penanganan buta aksara yang dilakukan hanya pada tataran 'lepas rodi' saja. Kegiatan pemberantasan buta aksara dengan motivasi yang salah, bukannya untuk membebaskan masyarakat dari kebutaan aksara tapi lebih berorientasi pada proyekÑkarena besarnya dana yang dikucurkan untuk program ini.
Saya tidak bermaksud menggeneralisir semua upaya yang dilakukan adalah berorientasi pada uang semata. Tapi dalam banyak kasus ini terjadi. Dan inilah penyakit yang sebenarnya yang harus diupayakan diberantas lebih dahulu. Semangat untuk mendidik harus benar-benar merata kepada setiap jajaran pemerintahan dan organ-organnya di lapangan. Tapi tentunya ini bukan hal yang mudah.
Lebih jauh, penanganan seperti ini kemudian akan menimbulkan perasaan in-group dan out-group bagi orang-orang yang buta aksara dengan non buta aksara. Masyarakat yang buta aksara diperlakukan seolah orang yang tengah menderita penyakit. Maka orang-orang yang sehat kemudian secara berkelompok dan tersistem melakukan pengobatan. Faktor ini bisa menjadi pendorong bagi orang yang buta aksara untuk tidak terlalu merasa perlu belajar lagi. Mereka telah merasa asing dari orang-orang yang 'pintar-pintar' di sekeliling mereka.
Ditambah lagi secara budaya, kita bukan termasuk orang-orang yang sangat agresif dalam melakukan berbagai hal, seperti halnya orang Jepang, atapun orang-orang di benua Eropah dan Amerika. Kita cenderung tidak sigap dalam bertindak, karena secara sadar atau tidak sadar jargon 'Biar Lambat Asal Selamat' masih dilakoni orang Indonesia.
Boleh jadi hal inilah yang menjadi penyebab target pemberantasan buta aksara tidak pernah tercapai. Maksimal jumlah orang yang dimelekkan tahun 2005 hanya sebanyak 800 ribu orang. Padahal tahun ini ada sekitar 2,4 juta orang yang perlu dijadikan melek aksara.
Kata kunci bagi keberhasilan program pemberantasan buta aksara ini tidak lain adalah peran serta seluruh elemen masyarakat Indonesia. Harus ada sinergi yang positif dari mulai perangkat pemerintahan dari tingkat tertinggi sampai terbawah, organisasi kemasyarakat, sampai masyarakat itu sendiri.
Start your paper accomplishing and do...
ketika walikota malas baca, malas men...
minat baca rendah, jumlah penulis sed...
College students should think two tim...
There are many students who are worri...
LIPI
jurnal LIPI
Itu adalah tulisan Anda, Bapah HS Dil...
Tulisan/opini siapa ini?
Amat sangat menarik artikel tersebut ...