Pikiran Rakyat, 25 November 2009
Meningkatkan Wibawa Guru
Oleh OONG KOMAR
TANGGAL 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Semestinya guru bersukacita karena selain selling peringatan Hari Guru Nasional, pemerintah membuat program untuk meningkatkan perhatian terhadap guru, seperti alokasi anggaran pendidikan 20% dari APBN/APBD serta program sertifikasi guru untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Antusiasme guru melaksanakan sertifikasi harus jadi pertanda serius akan menjadi guru profesional guna memantapkan kinerjanya. Bahkan dengan meningkatkan kesejahteraan guru diharapkan akan meningkatkan kualitas mengajar, yang pada gilirannya kinerja pendidikan nasional akan semakin mantap.
Namun mengamati kondisi nyata, kiranya kita harus berkata jujur danbelum dapat mengelak, yaitu masih dijumpai guru yang kurang kompeten, kurang bertanggung jawab, kurang wawasan, dan kurang komitmen terhadap dunia pendidikan. Kekurangan tersebut berimbas pada lemahnya wibawa guru. Jidak dapat diandalkan dalam mendidik siswanya. Bahkan usaha mendidik siswa cenderung menggunakan kekuasaan dan/atau kamuflase.
Selain itu, interaksi sosial sesama teman sejawat pun akan rendah wibawanya. Dengan demikian, obsesi dan ambisi peningkatan cenderung tidak menggunakan kemampuan profesionalnya, tetapi dengan cara taktik politik dan melakukan intrik (Zantiarbi, S, 1988). Wibawa adalah pengaruh yang baik secara abadi dari seseorang kepada orang lain yang tercermin pada pribadi dan perilaku kehidupannya. Wibawa menumbuhkan ketaatan dengan kesadaran, pengertian, dan persetujuan. Wibawa guru penting untuk memudahkan memberi pengaruh dalam penularan atau penyampaian pembelajaran.
Selain itu, wibawa guru akan cenderung menyadari keberhasilan kerjanya. Wibawa guru menunjukkan pengakuan martabat dirinya yang tidak perlu dukungan dari orang lain. Seperti dengan cara intimidasi atau memberikan tekanan pada siswanya.
Oleh karena itu, guru yang berwibawa akan memberikan pendidikan dengan layanan prima dan tanpa pamrih. Siswa akan dididik dengan tulus agar dapat menjalani hidup yang sukses. Perilaku guru pun menunjukkan pribadi yang jujur, adil, taat asas, tulus, dan bijaksana. Sebaliknya, guru yang melakukan pendidikan dengan penekanan cenderung bersifat indoktrinasi yang dipandang bukan pendidikan lagi. Dengan demikian, siswa tidak dididik untuk memiliki kemandirian yang bebas, etis, dan bertanggung jawab sendiri.
Guru yang menunjukkan unsur-unsur wawasan pendidikan, komitmen, bertangung jawab dan kompeten biasanya akan berwibawa besar (Zantiarbi, S, 1988). Pertama, wawasan pendidikan berarti melakukan tindakan yang bijak berdasar-kan keilmuan/teori dalam mendidik baik pada transfer ilmu, maupun pada perbuatan membina kepribadian siswa secara menyeluruh hingga mencapai gambaran identitas dirinya. Guru yang berwawasan pendidikan secara luas dan mendalam akan memahami tu-juan pendidikan dan pembelajaran untuk memperbaiki perilaku kehidupan siswa, yaitu seolah menentukan "nasib" masa depan siswa. Selain itu, seyogianya menyadari efek samping perbuatan guru yang berakibat kesesatanhidup siswa,
Kedua, komitmen berarti menyatakan (to profess) terpanggil (vox) atau bertekad untuk memangku suatu jabatan dengan sesungguhnya. Yaitu pernyataan atau janji secara terbuka (ikrar) mengenai panggilan jiwa untuk mengabdikan diri kepada jabatan guru sehingga tumbuh perilaku sabar dan tekun melaksanakan tugas, terutama dengan tulus menyayangi dan menerima siswa yang bagaimanapun keadaannya.
Ketiga, tanggung jawab berarti memiliki kompetensi pendidikan keilmuan. Yaitu khusus mengenai pembelajaran siswa dan tanggung jawab terhadap kemaslahatannya. Selain itu, memberi kewenangan mengambil keputusan yang tepat bagi siswa dan dirinya untuk pengamanan terjadinya kesalahan yang merugikan dan mengakibatkan malapetaka.
Keempat, kompeten menggambarkan penguasaan kecakapan yang memberi kewenangan untuk memutuskan sesuatu perbuatan/tindakan. Kecakapannya itu akan menunjukkan percaya diri dalam melakukan tugas dan mengundang keseganan bagi siswanya. Sehingga pada gilirannya perasaan siswa yang menyegani guru akan tumbuh wibawa terhadapnya. Unsur kompetensi guru berkaitan dengan penguasaan kecakapan pedagogik, didaktik, metodik, penggunaan alat bantu/media, dan keterampilan mengajar.
Oleh karena itu, usaha meningkatkan wibawa guru dapat dilakukan melalui wahana lembaga pengawas/penilik guru dan lembaga pendidikan guru. Pengawas/penilik dapat menyiapkan program bantuan peningkatan wibawa guru, di antaranya melakukan reedukasi dan refleksi pada guru mengenai wawasan pendidikan, komitmen tugas, tanggung jawab profesional dan kompetensi guru.
Sementara itu, peningkatan wibawa guru melalui lembaga pendidikan guru atau PT-P2TK dengan usaha menata kurikulum yang memberi bobot pada mata kuliah pembangun unsur kewibawaan. Desain kurikulumnya selain memuat alokasi mata kuliah umum, juga dengan mengelompokan mata kuliah ke dalam: (a) kelompok mata kuliah/KMK kepribadian guru, (b) KMK kompetensi (ketermpilan) guru, (c) KMK strategi mengajar khusus bidang studi, dan (d) KMK pengalaman lapangan (praktik mengajar).
Penulis, Guru Besar dan — dosen Pascasarjana UPI.
Comments |
|
Start your paper accomplishing and do...
ketika walikota malas baca, malas men...
minat baca rendah, jumlah penulis sed...
College students should think two tim...
There are many students who are worri...
LIPI
jurnal LIPI
Itu adalah tulisan Anda, Bapah HS Dil...
Tulisan/opini siapa ini?
Amat sangat menarik artikel tersebut ...