Mengapa Siswa Malas Berkunjung ke Perpustakaan?
Oleh
Ida R. Djachrab
" Minat baca siswa sangat minim. Indikatornya adalah sepinya perpustakaan sekolah dari kunjungan para siswa." Pendapat ini diyakini sebagian besar pendidik. Bila indikatornya kunjungan siswa ke perpustakaan atau jumlah buku yang dipinjam, mungkin benar, bahwa siswa enggan membaca. Masalahnya, apakah betul sepinya perpustakaan karena siswa malas membaca?
Sepanjang pengalaman kami, minat membaca siswa tidak bisa diremehkan begitu saja. Persepsi siswa malas baca, perlu dihilangkan dari benak pendidik. Bila kita menganggap siswa tidak memiliki minat baca siswa akan menjadi seperti yang kita definisikan tersebut. Sebaliknya, jika kita mendefinisikan siswa sebagai pembaca yang tangguh, akan seperti itulah kenyataannya. Hal yang sebenarnya, para siswa sangat ingin membaca, tetapi minat mereka tidak dapat dipahami dengan baik oleh para guru dan pengelola perpustakaan sekolah.
Umumnya, citra perpustakaan sekolah di mata para siswa adalah suatu ruangan kaku, sepi, membosankan, dan dengan buku-buku yang ketinggalan zaman pula. Suasana yang serba tidak menyenangkan ini tentu tidak akan menarik di kalangan siswa yang terbiasa dengan suasana ceria dan penuh warna dari televisi, dan mungkin dari internet. Jadi, memang tugas pengelola perpustakaan untuk menjadikan perpustakaan dekat dengan siswa, sebagaimana siswa dekat dan akrab dengan kantin sekolah. Dengan demikian, perpustakaan harus terletak di lokasi yang mudah dijangkau. Umumnya, perpustakaan sekolah berada di lokasi yang sepi dan terpisah dari aktivitas siswa, dengan alasan untuk menjaga ketenangan perpustakaan itu sendiri. Akibatnya, keberadaan perpustakaan sekolah tidak disadari para siswa.
Bayangan perpustakaan yang dingin, kaku dan membosankan harus diubah. Koleksi buku-buku pun harus disesuaikan. Selain buku-buku wajib, perlu juga ditambah koleksi buku, surat kabar atau majalah lain yang menghibur. Tata letak perpustakaan juga harus dipertimbangkan betul agar terasa akrab dan nyaman. Pendeknya, pahami karakter dan kebiasaan siswa dalam membaca. Apabila siswa merasa nyaman membaca sambil lesehan, sediakanlah lantai berkarpet untuk membaca sambil lesehan.
Perpustakaan juga bisa berfungsi sebagai kantin yang menjual makanan atau minuman ringan. Jadi sebelum atau sesudah melihat-lihat buku, mereka bisa membeli makanan kecil (jajan). Musik yang lembut bila perlu diputar. Tentu, selama membaca mereka tidak boleh makan dan minum, untuk menjaga kebersihan buku-buku. Perpustakaan juga bisa menyediakan keperluan alat tulis dan buku-buku yang dibutuhkan para siswa.
Berdasarkan pengalaman, suasana santai dan menyenangkan ini membuat siswa senang dan menghabiskan waktu lebih lama di perpustakaan. Frekuensi meminjam buku pun meningkat. Jika siswa lebih lama di perpustakaan, ia akan lebih mengenal perpustakaan. Siswa yang akrab dengan perpustakaan dengan sendirinya akrab dengan buku-buku. Siswa juga tidak lagi mengasosiasikan perpustakaan dengan segala hal yang menjemukan. Sebaliknya, perpustakaan akan dianggap tempat yang menyenangkan, sehingga membaca menjadi aktivitas rekreatif.
Generasi baru siswa kita sekarang sangat berbeda dengan generasi para guru atau orang tua siswa. Siswa sekarang sudah terbiasa melaksanakan berbagai aktivitas sekaligus. Aktivitas yang menyerap seluruh perhatian dilakukan dengan kapasitas penuh secara singkat dan intensif. Buat mereka, membaca sambil mendengar musik favorit, makan minum, dan beragam aktivitas lainnya tidak menjadi kendala dalam menyerap informasi. Siswa sekarang melakukan lebih banyak hal dibandingkan generasi sebelumnya.
Meminjam pandangan Hernowo dalam bukunya Mengikat Makna dan Seandainya Buku Sepotong Pizza (Mizan: 2005). Buku hendaknya dipandang sebagai makanan. Tanpa makan, orang bisa mati. Jika makanan memberi tenaga terutama kepada badan, buku merupakan makanan bagi rohani. Dan sebagaimana makanan, bila disajikan apa adanya, koleksi buku yang ada di perpustakaan tidak akan menarik perhatian siswa. Jadi buku-buku harus disajikan dalam cara dan suasana yang menyenangkan.
Menjadikan perpustakaan menarik di mata siswa tentu lebih bermakna daripada terus-menerus memberi label kepada siswa kita sebagai anak yang malas membaca.
Comments |
|
Start your paper accomplishing and do...
ketika walikota malas baca, malas men...
minat baca rendah, jumlah penulis sed...
College students should think two tim...
There are many students who are worri...
LIPI
jurnal LIPI
Itu adalah tulisan Anda, Bapah HS Dil...
Tulisan/opini siapa ini?
Amat sangat menarik artikel tersebut ...